Review Buku Tengelamnya Kapal Van Der Wijch Karya Buya Hamka: Roman Picisan Apakah Terlalu Berlebihan?
Buku roman pertama yang aku baca adalah tengelamnya kapal Van Der Wijh karya Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Tepatnya pas kelas 1 SMP. Dengan bahasa melayu roman ini bagus secara sastra. Ada juga buku Layla Majnun. Dan beberapa roman karya tereliye yaitu Sunsite Bersama Rossie, Tentang Kamu, dan lainnya. Kadang aku berpikir adakah cinta yang tidak semasuk akal itu. Menurutku itu bodoh. Sebab terlalu terbawa perasaan itu juga tidak baik. Jadi kita harus bisa menyeimbangkan keduanya perasaan dan logika. Dan yang pasti ada agama yang menjadi landasan utama.
Tapi terkadang tanpa kita sadar kita memang sebodoh itu. Dan setiap drama kenapa hampir semua bertemakan Cinta. Padahal sebenarnya cinta itu universal. Tidak selalu cinta itu dengan pasangan. Tapi memang kita butuh yang namanya cinta tapi jangan terlalu berlebihan.
Menurutku sampai kapanpun, harta, jabatan, dan lainnya tetap menjadi topik utama yang paling diperdebatkan. Baik bagi kalangan atas maupun rakyat jelata. Apakah dalam cinta memang butuh timbal balik dan saling menguntungkan. Atau hanya sekadar kenyamanan. Hal inilah terkadang yang membuat kita merasa insecure. Terutama bagiku yang tidak bisa memberikan keuntungan apa-apa bagi orang lain.
Jodoh itu sudah diatur kalau dimudahkan itu jodohnya. Kalau memang sulit mungkin memang belum jodohnya.
Tapi sebenernya seseorang yang baik itu yang mau menerima segala kekurangan kita.
Kalau dulu aku mikirnya yaudah asal baik ada perasaan sedikit suka yaudah sesimple itu.
Komentar
Posting Komentar